Sebuah karya besar bisa berasal darimana saja, bisa berawal dari hal-hal yang gak biasa, bahkan termasuk epik fenomenal Harry Potter karya J.K. Rowling. Siapa yang bisa nyangka kalo karya best-seller itu dulunya ditulis di atas kertas tisu?
Joanne Kathleen Rowling atau J.K. Rowling (lahir 31 Juli 1965 di Chipping Sodbury, dekat Bristol, Inggris), menjadi sorotan kesusasteraan internasional pada tahun 1999 saat tiga seri pertama novel remaja Harry Potter mengambil alih tiga tempat teratas dalam daftar "New York Times best-seller" setelah memperoleh peringkat yang sama di Britania Raya.
Setelah bercerai dari suami pertamanya, J.K. Rowling bener-bener miskin sampai dia terpaksa tinggal di flat kecil, pergi kemana-mana berjalan kaki, bahkan termasuk dari orang-orang yang mendapat santunan dari pemerintah Inggris. Pada masa awal penulisan Harry Potter, J.K. Rowling sering menghabiskan waktu di kafe untuk menulis, meski dia cuma memesan segelas air atau secangkir kopi. Setelah skrip Harry Potter pertama selesai, bisa ditebak... dia tidak punya dana untuk mengkopi skrip itu, dan terpaksa mengkopinya secara 'manual' dengan menggunakan mesin tik tua. Sewajarnya penulis pemula, sudah pasti J.K. Rowling menerima penolakan dari sejumlah penerbit. Beruntung, setelah beberapa waktu, akhirnya Bloomsbury bersedia menerbitkan skrip Harry Potter tersebut.
Menjelang musim panas pada tahun 2000, tiga buku pertama Harry Potter: Harry Potter and The Philosopher's Stone (di Amerika terbit dengan nama Sorcerer's Stone), Harry Potter and The Chamber of Secrets, dan Harry Potter and The Prisoners of Azkaban telah memperoleh keuntungan lebih kurang 480 juta dolar Amerika Serikat dalam masa tiga tahun dengan cetakan 35 juta naskah dalam 35 bahasa. Pada Juli 2000, Harry Potter and The Goblet of Fire telah dicetak untuk pertama kalinya sebanyak 5,3 juta naskah dengan pesanan tambahan sebanyak 1,8 juta naskah. Buku kelimanya, Harry Potter and The Order of The Phoenix telah mulai dipasarkan pada 21 Juni 2003, serentak di seluruh dunia setelah lebih kurang 3 tahun buku keempat diterbitkan. Dua tahun selanjutnya, Harry Potter and The Half-Blood Prince menyusul, mendulang kesuksesan yang sama. Dan kemudian, diterbitkan di 93 negara, Harry Potter and The Deathly Hallows memecahkan rekor penjualan buku tercepat yang pernah terjadi. Buku final ini terjual 15 juta kopi hanya pada 24 jam pertama!
Belum cukup sampai di situ, J.K. Rowling juga mendulang kesuksesan yang lain saat dia memberikan hak cipta bukunya pada Warner Bros untuk dijadikan film. Ketujuh film Harry Potter (ingat, Deathly Hallows Part 2 belom muncul) merengkuh ratusan juta dolar hanya dalam hitungan hari. Bener-bener bombastis...
Sekarang kalo saya flashback masa lalu J.K. Rowling yang bisa dibilang memelas sekali, saya hanya bisa bilang kalo keajaiban itu ada: keajaiban bisa diciptakan oleh diri kita sendiri asal ada upaya dan kerja keras. Kenapa saya bilang keajaiban? Misalnya J.K. Rowling yang belasan tahun lalu masih hidup susah payah tiba-tiba dibilangin, "Beberapa tahun lagi Anda bakal jadi multimilyuner lho. Bahkan bisa ngalahin kekayaannya sang Ratu, Anda percaya gak?" Dijamin, J.K. Rowling bakal bales bilang, "Bro, kayaknya kepalamu habis terbentur ya?"
Nah, kesuksesan semacem ini hanya bisa didapat dari kemauan kuat dan kerja keras. Tapi terlepas dari semua itu, Harry Potter akan selalu, selalu, selalu, jadi buku favorit saya. Memang sih tipikal, tapi saya gak peduli. Bukannya apa-apa, tapi menurut saya orang yang bilang Harry Potter jelek, berarti kepalanya juga abis kebentur dan otaknya geser dikit... LOL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar