Rabu, 04 Mei 2011

an epistolary

Epistolari? mungkin banyak yang gak familier dari istilah satu ini, jadi sebelumnya saya akan jelasin dulu apa definisinya...

Epistolari biasanya merujuk pada novel, dimana novel tersebut ditulis sebagai seri dari dokumen. Dokumen ini umumnnya berupa surat (epistolary berasal dari bahasa Latin epistola yang artinya emang surat), walaupun catatan buku harian, kliping koran, bahkan dokumen elektronik seperti rekaman, blog, dan email kadang-kadang juga digunakan. Format epistolari bisa menambah unsur 'nyata' pada cerita, karena epistolari merepresentasikan kejadian-kejadian dari kehidupan nyata itu sendiri. Banyak sekali novel atau buku yang pake format epistolari, di bawah ini adalah contoh novel epistolari populer yang pernah saya baca:

Wanderlust
 
Wanderlust karangan Chris Dyer merupakan genre novel dewasa khusus wanita, yang jika di Indonesia lebih dikenal dengan Chicklit. Dengan mengambil novel berformat email, Wanderlust menceritakan kehidupan Kate Bogart yang berprofesi sebagai kolumnis artikel perjalanan sebuah koran, yang mengharuskannya berkeliling dunia untuk bekerja mencari bahan artikel (sekaligus liburan secara gratis). Kehidupan Kate yang berpindah-pindah dari satu kota wisata negera ini, ke satu kota wisata negara itu diceritakan secara mendetail lewat email-email yang dikirimkan Kate bagi orang-orang yang yang dikenalnya..


Life on The Refrigerator Door

Dengan membaca judulnya saja kita bisa tahu kalau novel ini formatnya lain dari yang lain: catatan-catatan kecil yang ditempel di pintu kulkas. Yep, Life on The Refrigerator Door menceritakan tentang kehidupan seorang remaja lima belas tahun bernama Claire dan ibunya (seorang single-mother), yang hanya bisa berinteraksi lewat catatan-catatan yang ditempel di pintu kulkas karena kesibukan masing-masing. Lewat catatan-catatan itu, mereka saling menceritakan secara sekilas sepenggal dari kehidupan sehari-hari mereka yang kadang biasa saja, kadang lucu, dan kadang mengharukan..


The Princess Diaries

Novel satu ini sudah jelas sangat populer. The Princess Diaries karangan Meg Cabot sudah sampai pada seri kesembilan, yang mana kesemuanya bercerita tentang kehidupan seorang remaja Amerika Serikat Mia Thermopolis. The Princess Diaries (sesuai judulnya) ditulis dalam bentuk buku harian dengan sudut pandang Mia sendiri, yang isinya tidak hanya ditampilkan seperti buku harian beneran, tapi juga ada email, chattingan, bahkan carikan kertas yang digunakan Mia sebagai sarana ngobrol sama temennya saat mereka lagi di kelas. Uniknya, meskipun novel ini menggunakan bermacam-macam format, Meg Cabot tetap mampu merangkai cerita perubahan kehidupan Mia dari seorang remaja biasa menjadi seorang Puteri Mahkota sebuah negara, secara runtut dan jelas. Justru dengan menggunakan cara penulisan yang tidak biasa seperti ini, malah bisa membuat pembacanya gak akan merasa bosan :)


1 komentar: